Sabtu, 18 September 2010


PERBEDAAN ADALAH SESUATU YANG SEHARUSNYA DITERIMA, BUKAN DIUBAH.


Pernahkan kita mendengar tentang kata “perbedaan”? Kadang secara sadar atau tidak, kita menanggapi segala sesuatu yang berbeda dengan tidak adil. Kita seakan-akan terkena sugesti bahwa sesuatu yg berbeda itu adalah tidak seharusnya, dan sesuatu yang “tidak seharusnya” itu hendaknya diubah menjadi seharusnya. Bukankah itu egois? Ya, kita cenderung bertindak seperti itu.


Berikut ada sebuah cerita kecil yang mungkin bisa memberi pengertian kepada pembaca yang terhormat sekalian.


Suatu hari, seorang anak mendatangi ayahnya dengan perasaan gundah yang luar biasa. Sang ayah sedang berada di dalam taman rumah yang sangat ditanami bermacam-macam tanaman.

Sang anak berjalan pelan ke arah sang ayah dan memanggilnya pelan, “Ayah...” Sang ayah kemudian menoleh dan tersenyum sambil bertanya, “Ya anakku... Apa yang membawamu kemari di pagi hari ini?”

Sang anak pun kemudian ikut memandangi bunga yang sedang diurus sang ayah dengan muka gusar dan mulai berkata “Ayah, saya sedang gusar.”

Sang ayah pun berhenti kemudian mengajak sang anak untuk duduk di tengah taman itu. “Nah, ceritakanlah nak... Apa yang sedang kamu gusarkan?”

“Ayah, saya semakin ragu dengan pernikahan kami. Ternyata banyak perbedaan yang kami miliki. Semakin lama kami hidup bersama, semakin banyak hal yg malah membuat saya pesimis.” Sang anak melihat sang ayah dengan wajah sedih.

Sang ayah tertawa dan berkata, “Coba lihat mawar itu nak...” Menunjuk pada mawar putih yang ada sudut taman, “Kamu tahu nak? Mawar putih itu sebenarnya bukan mawar yang ayah ingin tanam, penjual bibitnya salah memberi bibit kepada ayah.”

“Meskipun mawar putih berbeda dari yang kita harapkan, apakah kita mencoba membuatnya menjadi merah dengan cara di beri cat mungkin? Tidak... Bukan begitu cara kita menanggapi situasi seperti itu.”

Sang ayah kemudian mengajak sang anak berjalan mengelilingi taman tersebut. “Ayah membiarkannya tumbuh, dan mencoba menikmati apa yang indah dari dalam bunga itu. Malah sekarang salah satu tumbuhan favorit ayah sekarang adalah mawar putih itu.”

“Lihatlah taman ini nak... Isinya terdiri dari bermacam-macam tumbuhan. Bayangkan apabila taman ini isinya mawar putih semua. Tentu tidak akan semenarik ini. Nikmatilah perbedaan yang ada Nak! Jangan biarkan rasa egois itu memenuhi diri mu! Kita semua diciptakan berbeda oleh Tuhan, tidak ada yang sama. Ingatlah itu nak!”

Sang anak pun mulai mengangkat kepalanya dan senyum lebar memenuhi wajahnya, “Iya ayah! saya mengerti sekarang. Saya telah menjadi egois.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar